EXPLORASI PEMANDIAN AIR PANAS OH’AEM AMFOANG SELATAN
Sumber air panas Oh’aem, potensi wisata yang belum
dijamah dan dijadikan objek wisata yang banyak diminati oleh para wisatawan
bahkan jika dikelola secara baik air panas Oh’aem bisa dijadikan objek wisata
kesehatan karena memiliki kandungan belerang dan sangat baik untuk kesehatan
seperti penyakit kulit dan yang lainnya. Objek wisata ini terletak di dusun III
desa Oh’aem I kecamatan Amfoang selatan kabupaten Kupang yang berjarak 45km
dari kota kupang, ibukota propinsi NTT
memiliki peluang besar untuk dijadikan tempat wisata yang dapat menambah
devisa bagi daerah itu sendiri. Menurut pengakuan dari lokal guide yang memandu
kami ke objek wisata mengatakan bahwa masyarakat lokal memanfaatkan sumber air
panas Oh’aem untuk mandi karena masyarakat percaya bisa menyembuhkan penyakit
kulit. Objek wisata ini perlahan mulai dikenal oleh masyarakat luas, bukan
hanya masyarakat lokal yang ada disekitar akan tetapi menurut informasi yang
didapat dari lokal guide yakni Melki Tanaus mengatakan bahwa ada juga masyarakat
dari kota Kupang yang datang ke lokasi wisata air panas Oh’aem, artinya
perlahan namun pasti bukan tidak mungkin jika diperhatikan oleh pemerintah
objek wisata ini dikenal oleh masyarakat luas bukan hanya kabupaten kupang akan
tetapi wisatawan dari luar propinsi NTT. Objek wisata ini banyak diminati oleh
pengunjung pada pagi dan sore karena suhu air yang panas. Akan tetapi potensi
yang dimiliki oleh objek wisata ini masih jauh dari perhatian pemerintah
sebagai aset yang dimiliki oleh daerah itu sendiri dan sesuai hasil pengamatan
dilokasi benar-benar tidak ada sarana prasarana yang mendukung demi kenyamanan
para pengunjung yang datang berkunjung. Jarak yang jauh dari perkampungan warga
yang harus ditempuh oleh pengunjung dengan berjalan kaki dan kondisi jalan yang
sangat extrim, karena jalan menuju kelokasi berkelok-kelok dan menurun. Sesuai
pengamatan kami masyarakat setempat berinisiatif membuka akses jalan menuju
kelokasi wisata air panas, tetapi karena dikerjakan oleh masyarakat secara
manual maka kondisi jalan sangat berbahaya karena jalan yang sangat terjal
dengan tingkat kemiringan 45-65 derajat, oleh karena itu setiap pengunjung yang
ingin datang ke tempat ini dibutuhkan tenaga extra.
Jiwa petualang dan kecintaan terhadap pariwisata,
membuat kami (Compas Maparsta) ingin mengexplorasi objek wisata ini. Nekat dan
style ala backpaker itu menjadi semangat kami dalam menjelajahi Amfoang selatan
di kabupaten Kupang demi menemukan sumber air panas Oh’aem pesona yang
tersembunyi dibalik bukit dan batu terjal dikolong langit Amfoang selatan.
Sabtu 18 oktober 2014, tepat jam 06.00 pagi kami mulai melakukan perjalanan,
total 5 jam perjalanan dan ditambah 1 jam berjalan kaki menuju lokasi menjadi
pengelaman kami yang tak pernah lupa didalam hidup kami. perjalanan kami mulai
dari kupang tepat jam 06.00 pagi melewati jalan trans Timor yang merupakan
jalan lintas negara hingga ke Dili-Timor Leste, dengan kondisi jalan yang
relatif mulus dan rata maka kami hanya membutuhkan waktu _+ 1.5 jam untuk sampai ke kecamatan Takari
sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Amfoang Selatan. Tepat jam 7.30 pagi
kami tiba di kecamatan Takari dan disitulah akses jalan menuju Amfoang selatan.
Laju kendaraan mulai dikurangi lantaran akses jalan menuju kelokasi mulai
terlihat rusak dan berlubang
dimana-mana. Membutuhkan tenaga extra dan ketanguahan dalam menaklukkan kondisi
jalan yang berlubang dan tanjakan yang berkelok, sungguh pengelaman yang luar
biasa. Gaya ala backpaker menjadi semangat bagi kami dalam menaklukan jalan dan
hanya ada satu tujuan yakni pemandian air panas Oh’aem. Sepanjang perjalanan
disuguhi pemandangan dan hasil bumi dari para petani yakni mangga yang ada
hampir sepanjang jalan, suasana jalan tidak sepi sepeda motor warga dan
angkutan umum jenis pick up dan bus kami jumpai selama perjalanan. Sepeda motor
yang kami gunakan terus dipacu dan kondisi jalan yang berlubang dan tanjakan
tidak mengurungkan niat kami untuk terus berjalan, dan tantanganpun kami hadapi
bukan karena akses jalannya tetapi kendaraan yang kami gunakan kehabisan bahan
bakar tepat berada didesa Fatuteta. Kamipun beristirahat sejenak dan snack
bersama sambil menunggu teman kami mencari bahan bakar, dan kamipun melanjutkan
perjalanan ke objek wisata Oh’aem. Gunung
Fatuleu sudah di depan mata kamipun tak mau melewatkan moment ini
sekedar untuk kenangan kamipun mengabadikan dengan foto bersama dibawah kaki
gunung Fatuleu. Akses jalan semakin rusak parah lubang ada dimana-mana tapi
niat kami untuk sampai kelokasi pemandian air panas tak berkurang perlahan
namun pasti kami terus berjalan melewati perkampungan warga hutan jati dan
perkebunan warga disepanjang sisi kiri-kanan yang sudah siap menanti kedatangan
hujan untuk musim tanam. Dan akhirnya tepat jam 11.00 kami sampai didesa Oh’aem
I desa dimana objek wisata pemandian air panas itu berada, perjalanan belum
selesai disini setelah mencari informasi dari warga sekitar, akhirnya ada warga
yang mau memandu kami menuju lokasi air panas, karena tidak ada akses untuk
kendaraan maka perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki. Melewati kebun
para petani dan kandang ternak menjadi
bagian dari perjalanan kami dalam misi “Explorasi pemandian air panas Oh’aem”
jalan yang menurun memaksa kami extra hati-hati karena tak ingin ada hal yang
tak diinginkan terjadi, kondisi jalan yang terjal dan tenaga yang mulai
terkuras rasa lapar mulai menghampiri dan kakipun mulai gemetaran menahan beban terpaksa kami
beristirahat untuk memulihkan tenaga kami. Setelah istirahat 15menit perjalan
kami lanjutkan dan akhirnya tiada perjuangan yang tak ada hasilnya. Tepat jam
11.45 menit kami sampai dilokasi pemandian air panas aroma belerang menjadi
ciri khas dari objek wisata ini, rasa lelah selama perjalanan seolah terbayar
karena kami berhasil sampai ke objek wisata. Setelah istirahat kamipun makan
siang bersama karena hampir semua tenaga terkuras selama perjalanan. Dan moment
yang paling dinantikan adalah mersakan panasnya air Oh’aem suasana yang sepi
dan kicauan burung dialam bebas serta suara gemercik air membuat hati terasa tentram
dan seolah-olah menghilangkan rasa capai selama perjalanan. Setelah puas
menikmati air panas tepat jam 14.00 wita kami kembali ke perkampungan warga
kali ini benar-benar membutuhkan tenaga karena rute yang kami lalui merupakan
tanjakan dengan tingkat kemiringan 45-65 derajat. Sepanjang perjalanan pulang
karena medan yang sangat terjal kami membutuhkan waktu untuk istirahat karena
tenaga kami semua terkuras. Setelah istirahat dan disuguhi dengan air kelapa
muda dan benar-benar memulihkan tenaga,
tepat jam 15.30 wita kami semua kembali ke Kupang perjalanan yang sangat jauh
tapi dengan pengelaman yang kami dapat semuanya terbayar...
Salam pariwisata dari Amfoang selatan...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar