Kamis, 27 November 2014

Budaya suku Asmat Papua



ARTIKEL BUDAYA
SUKU ASMAT PAPUA






OLEH
1.          Sutriyati Kanawra Ndjandji   ( 1223743284 )
2.          Welhelmina Jeni Tefbana      ( 1223743285 )
3.          Wilfridus Anthonius Djago   ( 1223743286 )



MANAJEMEN PARIWISATA
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2013


KEHIDUPAN MASYARAKAT ASLI SUKU ASMAT (PAPUA)










1.        PROFIL MASYARAKAT SUKU ASMAT
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal diantara sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia. Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen / motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.
Selain seni budaya ukiran istimewa yang dimiliki suku asmat, ternyata terdapat banyak pertentangan di antara desa Asmat. Pertentangan yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai suku asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh terbunuh, mayatnya akan dibawa ke kampung, kemudian di potong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk memakannya bersama–sama lalu mereka akan menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya, otaknya dibungkus daun sago dan dipanggang kemudian dimakan. Namun hal ini sudah jarang terjadi bahkan hilang resmi dari ingatan.
Suku asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan pegunungan jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas, berkulit hitam dan berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172cm. Makanan Pokok orang Asmat adalah sagu, hampir setiap hari mereka makan sagu yang dibuat jadi bulatan-bulatan yang dibakar dalam bara api. Kegemaran lain adalah makan ulat sagu yang hidup dibatang pohon sagu, biasanya ulat sagu dibungkus dengan daun nipah, ditaburi sagu, dan dibakar dalam bara api. Selain itu sayuran dan ikan bakar dijadikan pelengkap.

ü Adat Istiadat Suku Asmat
Suku Asmat adalah suku yang menganut Animisme, sampai dengan masuknya para Misionaris pembawa ajaran baru, maka mereka mulai mengenal agama lain selain agam nenek-moyang. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam. Seperti masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat pun, melalui berbagai proses adat istiadat, yaitu :
·      Kehamilan : Selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung alau ibu mertua.
·      Kelahiran : Tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
·      Pernikahan : Proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
·      Kematian : Bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.

Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Roh tersebut mereka bagi dalam 3 golongan :
·      Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
·      Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
·      Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol.

Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut ini :
·      Mbismbu (pembuat tiang)
·      Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
·      Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)
·      Yamasy pokumbu (upacara perisai)
·      Mbipokumbu (Upacara Topeng)
Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.

2.        CIRI KHAS DAN KEUNGGULAN MASYARAKAT ASLI ASMAT
Suku Asmat, adalah salah satu suku di papua yang mampu menunjukan dirinya kepada dunia luar melalui ciri khas dan keunggulannya.
ü Ciri Khas
Jika dilihat secara fisik, orang-orang suku Asmat memiliki tubuh tinggi, besar dan tegap dengan kulit dan rambut berwarna gelap. Bentuk rambut pada umumnya keriting dan memiliki hidung yang mancung. Orang suku Asmat biasanya menghias tubuh mereka dengan warna merah, hitam dan putih. Warna merah didapat dari tanah merah, hitam dari arang dan putih dari kulit kerang yang dihancurkan.

ü Keunggulan
Suku asmat terkenal dengan ukiran kayu tradisionalnya yang unik. Bagi suku asmat sendiri ukiran bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dengan kehidupan leluhur. Di setiap ukiran bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat dengan kebesaran suku asmat.

Motif yang sering digunakan dan telah menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, namun penduduk suku asmat juga terkadang menggunakan motif seperti perahu yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi suku asmat, pada saat mereka mengukir patung adalah saat di mana mereka sedang berkomunikasi dengan leluhur yang ada di alam lain dan bagi mereka, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.

Selain keunggulan di bidang seni ukir, mereka juga memiliki keunggulan sumber alam dan potensi alam berupa berbagai jenis ikan, kepiting, udang, teripang, penyu, cumi-cumi dan hewan lainnya yang ada di dalam laut yang melimpah ruah serta sumber daya alam seperti rotan, kayu gahar, kemiri, kulit mahoni, kulit lawang, dammar dan kemenyan serta masih banyak lainnya.

3.        MASYARAKAT ASLI KAMPUNG ASMAT SEBAGAI ASET BUDAYA DAN POTENSI ATRAKSI WISATA LOKAL
Kampung asmat tak lepas dari kebudayaan karena sampai sekarang mereka masih mempertahankan adat istiadat / kebudayaan mereka yang telah diwariskan secara turun temurun dari para leluhur mereka walaupun pada saat sekarang sudah banyak kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia namun masyarakat kampung asmat sampai saat ini masih mempertahankan adat istiadat sehingga kampung asmat perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar potensi wisata yang ada tidak mubasir dan kampung asmat dapat dijadikan sebagai salah satu aset budaya dari Indonesia pada umumnya dan dari papua pada khususnya.
Dengan adanya perhatian dari pemerintah serta kampung asmat sebagai aset budaya maka kampung asmat dapat dijadikan salah satu destinasi pariwisata sehingga potensi wisata lokal yang ada di kampung asmat akan terus dikembangkan dan dapat dijadikan sebagai potensi atraksi wisata lokal yang dapat di kunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

4.        DUKUNGAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT SEKITAR KAMPUNG ASMAT
ü Dukungan Dari Pemerintah
Dukungan real dari pemerintah untuk kampung asmat adalah asmat telah dijadikan sebagai daerah otomon dan pemerintah memberikan kepecayaan kepada masyarakat asmat untuk megelolah wilayahnya sendiri secara tradisional dan berkelanjutan. Ini artinya, pemerintah melihat potensi yang ada di kampung asmat agar dapat dikembangkan secara terkoordinir oleh masyarakat suku asmat di bawah pengawasan pemerintah setempat.

Pemerintah juga memberikan dukungan terhadap hak adat melalui pemanfaatan ruang dan wilayah bertambah kuat setelah munculnya kebijakan kementrian kehutanan tentang status kawasan hutan di kabupaten asmat (SK MENHUT 782 TAHUN 2012). Kebijakan ini memberikan keuntungan bagi masyarakat asmat, selain mendorong pemetaan partisipatif WWF Indonesia atas dukungan pemerintah daerah kabupaten asmat dan USAID melalui program IFACS juga mendorong peningkatan kesadaran warga untuk memanfaatkan hasil hutan non kayu dan mendapat benefit dari langkah-langkah perlindungan ekologi yang telah mereka lakukan turun temurun.

ü Dukungan Dari Masyarakat
Masyarakat suku asmat menerima kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah dan ikut serta membantu pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata budaya lokal yang ada di suku asmat itu sendiri.

1 komentar:

  1. Saya mau jual cepat koleksi pribadi: patung irian totem embis (tumpukan orang) setinggi 2,5m, pahatan halus dari kayu utuh warna hitam asli irian, dan patung dinding Naga Yogya dari kayu jati utuh, ukuran 1x0,5m
    Hub. WA/ sms 081808189285
    Lenteng Agung, Jakarta Selatan

    BalasHapus